23 research outputs found

    UJI ADAPTASI 2 GALUR PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SALIN DI KAMPUNG BOKEM

    Get PDF
    Merauke is one of the centers of rice cultivation in Papua, which has several tidal swamp areas that contain salt in the soil or saline, but their utilization could be better. From this, it is necessary to test the adaptation of new rice lines on saline soils so that they can provide information about their adaptability from the plant growth process to the level of production. This study found that the new rice lines adapted quite well physiologically and morphologically to the salinity stress area where they were tested.   Keywords : Adaptation test, rice lines, saline.Merauke merupakan salah satu sentra tanaman padi di Papua yang memiliki sejumlah daerah rawa pasang surut yang memiliki kandungan garam dalam tanah atau salin, namun pemanfaatannya belum optimal. Dari hal tersebut perlu dilakukan uji adaptasi galur padi baru pada lahan salin sehingga dapat memberikan informasi mengenai daya adaptasinya dari proses pertumbuhan tanaman sampai pada tingkat produksinya. Dari penelitian ini didapatkan galur padi baru dapat beradaptasi dengan cukup baik secara fisiologi dan morfologi pada lahan dengan cekaman salinitas yang menjadi tempat pengujian.   Kata Kunci : Uji adaptasi, galur, salin

    RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP APLIKASI KOMBINASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS

    Get PDF
    The purpose of this study was to analyze the growth of celery (Apium graveolens L.) in the application of a combination dose of liquid organic fertilizer and compost. This research was conducted at the Screen House Laboratory of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Musamus University, Merauke in June-September 2018. This study used a factorial randomized block design (RAKF). The first factor is compost and the second factor consists of liquid organic fertilizer. The two factors after being combined obtained 16 treatments which were repeated 3 times to obtain 48 treatment units. Based on the results of the study, it was concluded that the analysis of the growth variance of celery on the application of a combination dose of liquid organic fertilizer and compost showed no significant effect. On the variable plant height, the combination treatment of A3N3 (compost 60 g/plant and POC 4 ml/liter) gave the highest plant height of 26.00 cm, the variable number of leaf stalks in the A3N0 treatment (compost 60 g/plant and POC 0 ml/liter) gave The result of the number of petioles was 14.33 strands, and the variable number of tillers of A3N0 treatment plants (60 g compost/plant and 4 ml POC/liter) gave 2.67 tillers. Key words : Apium graveolens L, POC, CompostTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan tanaman seledri (Apium graveolens L.) pada aplikasi kombinasi dosis pupuk organic cair dan pupuk kompos. Penelitian ini dilaksanakan di Screen House Laboratorium Agroteknologi,Fakultas Pertanian, Universitas Musamus Merauke pada bulan Juni-September 2019.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Faktor pertama adalah pupuk kompos dan Faktor kedua terdiri dari pupuk organik cair. Kedua faktor tersebut setelah dikombinasikan memperoleh 16 perlakuan yang diulangi sebanyak 3 kali sehingga memperoleh 48 unit perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa  analisis sidik ragam pertumbuhan tanaman seledri pada aplikasi kombinasi dosis pupuk organic cair dan pupuk kompos menunjukan tidak berpengaruh nyata.   Pada variable tinggi tanaman bahwa perlakuan kombinasi A3N3 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 4 ml/liter) memberikan tinggi tanaman tertinggi 26,00 cm, variable jumlah tangkai daun perlakuan A3N0 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 0 ml/liter) memberikan hasil jumlah tangkai daun 14,33 helai,dan pada variable jumlah anakan tanaman perlakuan A3N0 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 4 ml/liter) memberikan hasil 2,67 anakan. Kata kunci : Apium graveolens L, POC, Kompos

    PERBANDINGAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A.Juss) DAN DAUN MINDI (Melia azedarach) ASAL MERAUKE TERHADAP LARVA Plutella xylostella

    Get PDF
    Plutella xylostella is a major pest on cabbage plants. At times of hight population numbers, the larvae will eat all the leaves and leave only the bones of the leaves, this will cause severe damage, thereby reducing production yields. The result are quickly seen despite the negative impact, as a result the crops that should be of hight quality and nutrition become contaminated with chemical pesticide residues and are dangerous if consumed. The results showed that the highest mortality was in the single test of neem leaf extract, which was 57% and the highest mortality was in the mindi leaf extract which was 33%. Keywords: Mortality, Plutella xylostella, Leaves of Neem, Leaves of MindiPlutella xylostella adalah hama utama pada tanaman kubis. Pada saat jumlah populasi tinggi, larva akan memakan semua daun dan hanya menyisakan tulang daun, ini akan menyebabkan kerusakan parah, sehingga mengurangi hasil produksi. Hasilnya cepat terlihat meskipun ada dampak negatif, akibatnya tanaman yang seharusnya berkualitas tinggi dan bergizi menjadi terkontaminasi residu pestisida kimia dan berbahaya jika dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi terdapat pada uji tunggal ekstrak daun mimba yaitu 57% dan mortalitas tertinggi terdapat pada ekstrak daun mindi yaitu 33%. Kata kunci: Mortalitas, Plutella xylostella, Daun Mimba, Daun Mind

    Pelatihan pembuatan insektisida nabati bagi kelompok tani di Kampung Yasa Mulya, Distrik Tanah Miring Merauke

    Get PDF
    Mengembangkan pertanian organik perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain kesehatan dan kesuburan tanah, keseimbangan organisme di alam serta dapat memperbaiki kualitas tanaman namun tetap mempertahankan nilai produksi suatu komoditi tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kelompok tani di Kampung Yasa Mulya, Distrik Tanah Miring, Merauke tentang pentingnya mengenal hama, musuh alami tanaman padi serta dapat menggunakan bahan tanaman sebagai bahan insektisida nabati. Metode observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang teknik budidaya padi yang diterapkan dan masalah yang dihadapi petani. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani tentang hama, penyakit, musuh alami serta pelatihan pembuatan insektisida nabati. Tahap evalusi dilakukan melalui hasil uji coba yang telah dilakukan oleh petani. Berdasarkan hasil observasi dan sosialisasi diketahui bahwa perilaku petani dalam mengaplikasikan pestisida didasarkan pada pemahaman sendiri, pengalaman teman atau saudara serta kekhawatiran akan gagal panen. Persentase biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pestisida sampai dengan 80%. Selain itu, belum pernah dilakukan tindakan pengendalian lain seperti memanfaatkan bahan-bahan alami atau menggunakan entomopatogen.selain menggunakan pestisida sintetik

    Respon Pertumbuhan dan Tingkat Serangan Hama Pengerek Batang pada Berbagai Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L ) yang Ditanam di Lahan Bukaan Baru Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pertumbuhan enam varietas tanaman padi (Oryza sativa L.) terhadap serangan pengerek batang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan bukaan baru Kampung Bokem, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua Selatan pada bulan Maret Sampai Juni 2021. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 6 varietas dengan 3 ulangan. Varietas yang digunakan, yaitu varietas Nutrizinc, Mamberamo, Inpari 42, Inpara 2, Inpari 32 dan Inpari Sidenuk.  Masing masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga akan diperoleh 18 plot percobaan. Luas plot pengamatan 3 x 3 m2 dengan jarak tanam 20 x 20 cm sehingga dalam plot terdiri dari 50 tanaman.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi tinggi pada masing-masing varietas sebagai berikut: varietas Chidanu (78,4 cm), varietas padi Inpara (74,2 cm), varietas Nutrizinc (70,7 cm), varietas Mambramo (66,3 cm), varietas Inpari 42 (65,1 cm) dan varietas Inpari 32 (59,0 cm). Demikian pula dengan jumlah anakan yaitu varietas Inpara 2 (12 anakan), varietas Inpari Chidanu (11 anakan), varietas Inpari 32 (10 anakan), varietas Mambramo (10 anakan), dan varietas Inpari 42 (9,0 anakan).  Jumlah anakan terserang serangga pengerek batang berturut-turut adalah varietas Inpara 2 (9 anakan), varietas Inpari 42 (7,0 anakan), varietas Inpari Chidanu (5,6 anakan), varietas Inpari 32 (5,5 anakan), varietas Nutrizinc (4,4 anakan) dan varietas Mambramo (4,3 anakan). Gabah paling paling banyak terdapat pada varietas Inpara 2 (186,2 gabah) sedangkan terendah pada varietas Nitrizinc (119,4 gabah). Respons enam varietas padi yang diteliti memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda terhadap serangan penggerek batang (Scirpophaga sp). Varietas Nutrizinc dan Mambramo menunjukkan rata-rata tingkat serangan terendah terhadap serangan hama pengerek batang pada lahan bukaan baru (4,3 anakan). Jenis varietas pada lahan bukaan baru menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi berbeda. Produksi tertinggi adalah varietas Nutrizinc (6,67 ton/ha)

    DETEKSI PENYAKIT TANAMAN RAMBUTAN BERDASARKAN CITRA DAUN MENGGUNAKAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOUR

    Get PDF
    Buah rambutan merupakan salah satu tanaman buah lokal Kabupaten Merauke. Tanaman buah ini dihasilkan di beberapa daerah antara lain daerah Muting, Ulilin, dan Bupul. Hasil produksi tanaman buah rambutan ini diekspor ke beberapa daerah di sekitar kota Merauke seperti Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat. Peningkatan jumlah produksi buah rambutan dapat dilakukan dengan cara menjaga agar pohon rambutan tidak terinfeksi hama atau penyakit. Yang mana sejak dini petani harus selalu waspada untuk mengenali hama dan jenis penyakit pada rambutan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi ledakan hama, atau penyakit pada tanaman yang berujung pada berkurangnya jumlah produksi buah. Selama ini petani mengenali jenis penyakit pada tanaman rambutan secara visual atau langsung yaitu dengan mengamati perubahan yang terjadi pada tanaman. Ini membutuhkan waktu dan tenaga tidak sedikit untuk dapat secara intens mengamati perubahan pada tanaman rambutan. Sehingga perlu penelitian untuk membangun aplikasi yang dapat mendeteksi penyakit pada tanaman rambutan. Aplikasi ini mengklasifikasi daun rambutan ke dalam 4 kelas yaitu, kelas daun sehat, kelas penyakit embun jelaga, kelas hama kutu putih, dan kelas hama ulat. Daun rambutan yang diinput akan diproses melalui beberapa tahapan yaitu, pre processing, tahap segmentasi, tahap ekstraksi fitur, dan terakhir tahap klasifikasi penyakit menggunakan metode fuzzy knearest neighbour. Hasilnya aplikasi yang dibangun dapat mengklasifikasikan penyakit pada rambutan dengan tingkat akurasi sebesar 67%

    Effectiveness of Bacillus thuringiensis (Bt) application in controlling mortality of Spodoptera litura on rice plants (Oryza sativa L.)

    Get PDF
    Rice (Oryza sativa L.) is the primary commodity for the Indonesian people because most of the Indonesian population depends on rice. The armyworm pests Spodoptera litura causes irregular holes in the leaves, thus disrupting the photosynthesis process and reducing rice production, so it is necessary to treat the pest. Bacillus thuringiensis is a pathogenic bacterium for insects, such as S. litura. This study aimed to look at the effectiveness of B. thuringiensis on the mortality of S. litura on a laboratory and field scale. The research was conducted in the Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, Musamus University. The research design was a complete randomized design (RAL). The research study was conducted on five treatment doses of B. thuringiensis, which were 20 g/500 ml of water; 40g/500 ml of water; 60 g/500 ml of water; 80 g/500 ml of water; 100 g/500 ml of water. Each treatment was repeated five times. The results showed that, applying B. thuringiensis can significantly decrease the population and intensity of S. litura. The highest mortality rate in laboratory trials was observed at a dose of 100 grams/500 ml of water, with 50 dead individuals. In contrast, the lowest mortality rate was recorded at a dose of 20 gram of material/500ml of water, with only 12 death S. litura larvae. In field testing, the best dose was 50 gram/14 liters of water, and it caused the death of 50 S. litura larvae. Spraying B. thuringiensis on rice plants can reduce the population and intensity of S. litura

    Effectiveness Test of

    No full text
    Application synthetic insecticide with high frequency and continuously can give to negative impact. Alternative control which secures is botanical insecticide. This research aimed to effectiveness tests of P. methysticum plant against C. pavonana larvae using root and leaves this plant. The tested insecticide activity including mortality and feeding inhibition tests. The extract was tested at five concentration levels and repeated five times. The results showed that P. methysticum root extract was able to cause C. pavonana larvae mortality of 94% with a concentration of 419.7 gram/100 ml in water meanwhile, the testing using leaves extract causes mortality 98% from concentration 342 gr/100 ml in water. The feeding inhibition test showed the P. methysticum roots extract give effect with very weak criteria at some concentrations used a no choice method while Leaves extract P. methysticum does not show feeding inhibition

    Acute effect of an inhaled glucocorticosteroid on albuterol-induced bronchodilation in patients with moderately severe asthma

    No full text
    We have previously shown that in patients with asthma a single dose of an inhaled glucocorticosteroid (ICS) acutely potentiates inhaled albuterol-induced airway vascular smooth muscle relaxation through a nongenomic action. An effect on airway smooth muscle was not seen, presumably because the patients had normal lung function. The purpose of the present study was to conduct a similar study in patients with asthma with airflow obstruction to determine if an ICS could acutely also potentiate albuterol-induced airway smooth muscle relaxation in them. In 15 adult patients with asthma (mean ± SE baseline FEV1, 62% ± 3%), the response to inhaled albuterol (180 μg) was assessed by determining the change in FEV1 (ΔFEV1) for airway smooth muscle and in airway blood flow (ΔQaw) for airway vascular smooth muscle measured 15 min after drug inhalation. Using a double-blind design, the patients inhaled a single dose of the ICS mometasone (400 μg) or placebo simultaneously with or 30 min before albuterol inhalation. After simultaneous drug administration, mean ΔFEV1 was 0.20 ± 0.05 L (10%) after placebo and 0.32 ± 0.04 L (19%) after mometasone (P < .05); mean ΔQaw was -2% after placebo and 30% after mometasone (P < .005). When mometasone or placebo was administered 30 min before albuterol, there was a lesser and insignificant difference in ΔFEV1 between the two treatments, whereas the difference in ΔQaw remained significant. This pilot study showed that in adult patients with asthma with airflow obstruction, a single standard dose of an ICS can acutely increase the FEV1 response to a standard dose of inhaled albuterol administered simultaneously. The associated potentiation of albuterol-induced vasodilation in the airway was of greater magnitude and retained when the ICS was administered 30 min before albuterol. The clinical significance of this observation will have to be established by a study involving a larger patient cohort. ClinicalTrials.gov; No.: NCT01210170; URL: www.clinicaltrials.gov
    corecore